Review Buku Pesan Cinta Mbah Moen : Nasihat Hikmah yang dapat diambil

oleh - Jumat, Agustus 26, 2022

Istiqomahsweet.com - Mbah Moen adalah guru para ulama di Jawa abad 2i yang dikenal sangat kharismatik dan sangat alim (berilmu). Melalui pesantren Al-Anwar yang diasuhnya, Maimun Zubair menghasilkan banyak kiai yang memimpin banyak pesantren. Di antara murid Mbah Moen adalah KH. Baha’uddin Nursalim yang dikenal dengan panggilan Gus Baha’ yang qaul-qaulnya menjadi rujukan keilmuan banyak kalangan, terutama kaum nahdliyin.


Mbah Moen ini merupakan putra dari KH. Zubair Dahlan (Mbah Zubair) dan Nyai Mahmudah. Zubair Dahlan (1905-1969), adalah murid kesayangan Syekh Said al-Yamani dan Syekh Hasan al-Yamani al-Makky sedangkan Nyai Mahmudah adalah putri KH. Ahmad bin Syu’aib.

“Termasuk wong sing ora duwe adab karo pangeran kuwi Cung, wong angger ndungo langsung njaluk opo sing dikarepi tanpo basa-basi muji pangeran disik, tanpo wasilah nganggo salah siji asmaul husnane pangeran, tanpo wasilah karo kanjeng nabi”.

Artinya: Termasuk golongan orang yang tidak beradab kepada Allah, orang yang ketika berdo’a langsung meminta apa yang dimaui, tanpa memuji Tuhan dan tanpa berwasilah dengan salah satu asmaul husna serta tidak bersalawat Nabi.

Untaian kalimat di atas adalah petuah bijak dari KH. Maimun Zubair, ulama kharismatik asal Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Tokoh yang akrab dipanggil Mbah Moen ini lahir di Rembang 28 Oktober 1928 dan wafat di Mekah pada 06 Agustus 2019.

Mbah Moen sendiri dididik langsung oleh Mbah Zubair dan kemudian belajar ke berbagai pesantren di Jawa, seperti Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Ia lalu belajar ke Mekah, Arab Saudi, mengaji kepada Sayyid Alawi al-Maliki, Syekh al-lmam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, dan Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.


Dalam buku “Pesan Cinta Mbah Moen” yang diterbitkan Rene Islam ini, sebanyak 128 pesan diabadikan dalam catatan pendek, yang bentuknya hanya statement-statement tanpa diberi penjelasan. Petuah-petuah itu dikutip persis seperti aslinya, sebagian berbahasa Jawa dan sebagian lainnya berbahasa Indonesia.

Hampir semua perkataan Mbah Moen mengandung petuah yang berhikmah tinggi. Di rumah Mbah Moen di Sarang, Rembang, orang-orang selalu ramai sowan untuk mendengar nasihat-nasihat bijaknya, yang seringkali pas dengan konteks kehidupan orang yang mendapat nasihat itu.

Di antara nasihat-nasihat itu ada yang tentang kehidupan, pendidikan, keluarga, hingga hal-hal yang bersifat umum. Misalnya “Ora kabeh wong pinter kuwi bener, ora kabeh wong bener kuwi pinter. Akeh wong pinter ning ora bener lan akeh wong bener senajan ora pinter. Nanging tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter”.

Artinya: Tidak semua orang pintar itu benar, tidak semua orang benar itu pintar. Banyak orang yang pintar tapi tidak benar dan banyak orang benar meskipun tidak pintar. Daripada jadi orang pintar tapi tidak benar, lebih baik jadi orang benar meskipun tidak pintar.

Kebanyakan statement Mbah Moen ini sudah pernah dipublikasikan di berbagai media massa maupun media sosial. Pesan-pesan dari berbagai sumber ini dihimpun oleh KH. Anis Maftuhin, pengasuh pesantren Wali, Salatiga, Jawa Tengah.

Soal keasliannya tidak diragukan lagi. Buku ini diberi pengantar oleh putra Mbah Moen, KH. Idror Maimoen atau Gus Idror. Menurutnya semua yang terekam dalam buku ini adalah sebagian kecil dari ajaran-ajaran Mbah Moen. Lebih banyak lagi adalah perkataan beliau yang belum terekam dan terdokumentasikan. 

Mbah Moen adalah sosok ulama intelek yang memilih jalan tradisional. Ia merupakan intelektual multitalenta dan multiperan sebagai ulama, politisi, dan pengayom umat. Semasa hidupnya Mbah Moen dikenal sebagai orang yang zuhud, sabar, penyayang, santun, rendah hati, dan bijak.

Mbah Moen tidak hanya disayang oleh bangsa Indonesia, tetapi juga para ulama di Arab Saudi yang menganggapnya sebagai panutan yang penuh kasih sayang. Ia tak ubahnya sosok ulama sempurna (insan kamil), baik secara ilmu pengetahuan, spiritualitas, maupun pengalaman.

Melalui buku ini, pembaca dapat merasakan tutur kata Mbah Moen yang mengandung nasihat-nasihat bijak. Beliau sudah tidak bersama dengan kita lagi, namun kata-kata nasihatnya akan abadi di setiap sanubari seluruh manusia Indonesia.

Deskripsi Buku Pesan Cinta Mbah Moen

Penulis : Tim Rene Islam (K.H. Anis Maftuhin, Kiai Akom, Luqman Hakim Arifin, Ahmad Erik Erfinanto, Ariza Fahlevi, Nyi Ayu Keisha Alya, Khairina Jasman)

Penerbit : Rene Islam

Genre: Spiritual Islam

Tebal : 242 halaman

Edisi : Cet 4, Maret 2021

ISBN : 978-602-1201-73-2

Topik: Headline


DAFTAR ISI

Salam Rindu Mbah Moen: Sebuah Pengantar ― 7

Kata Pengantar dari Keluarga, K.H. Idror Maimoen Zubair ― 12

PESAN CINTA MBAH MOEN ― 17

Manusia Bahagia ― 19

Santri dan Anjuran Menuntut Ilmu ― 51

Ihwal Hidup Berbangsa ― 95

Hikmah dan Spiritual Islam ― 145

Selamat Jalan Wahai Gurunya Para Guru… ― 202

Penjelasan Qashidah al-Istighatsah oleh Gus Idror Maimoen ― 213

Profil Mbah Moen ― 224

Mbah Moen Di Mata Umat ―232

Daftar Pustaka ― 239
Buku ini mencoba untuk membuka jendela tentang kekayaan yang sangat berharga dalam diri Mbah Moen, sosok kiai yang memiliki kapasitas dalam keilmuan, spiritual maupun pengalaman serta pandangan-pandangan revolusioner. Perannya sebagai ulama tidak hanya bernuansa sektoral bahkan internasional. Mbah Moen adalah sosok kiai yang mendidik masyarakat kecil di pelosok kampung, sebagai penengah di tengah kegaduhan masyarakat atas, serta menjadi panutan bagi dunia sebagai sosok yang konsisten membangun citra islam yang sejuk dan damai bagi semesta (hal. 09)

Buku ini terdiri dari beberapa subjudul pokok pembahasan dari semua pesan yang telah disampaikan oleh Mbah Moen dalam hidupnya. Pesan-pesan tersebut terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, manusia bahagia. Kedua, santri dan anjuran menuntut ilmu. Ketiga, ihwal hidup berbangsa. Keempat, hikmah dan spiritual Islam. Menurut Mbah Moen, manusia bahagia adalah orang yang benar dalam tingkah laku hidupnya meskipun tidak pintar. Sebab membuat orang pintar menjadi benar membutuhkan kejernihan hati dan keluasan jiwa sehingga ada yang lebih bijak yaitu orang pintar yang senantiasa bertindak benar. (hal. 48)


Menjadi santri ideal bagi Mbah Moen sangat sederhana. Sebab, tandanya seorang santri adalah dengan mengaji karena menurut pandangannnya zaman sekarang banyak orang yang sudah sekolah untuk mencari gelar sementara orang yang mengaji tinggal sedikit. Seorang kiai menurutnya harus mengajar karena nabi diutus untuk mengajar dan mendidik. Kalau kiai tidak mengajar namanya bukan kiai, hanya kiai formalitas saja.

Selain itu, Mbah Moen menganggap betapa pentingnya muthala’ah dalam segala pembelajaran. Sebab, Mbh Moen mengaku pernah mempunyai guru bernama KH. Abdullah bin Nuh yang sangat alim tetapi gurunya selalu muthala’ah saat hendak mengajar. Tak hanya itu, Mbah Moen mengibaratkan kitab seperti maling, asalkan seorang santri tekun mengulang-ulang dan dibaca terus, si maling lama-lama bisa mengaku. Sanad keilmuan itu penting. Karena itu pokok dan menjadi syarat bahwa ilmu itu benar benar berasal dari Nabi Muhammad SAW, sang sumber ilmu (hal. 59)


Kesimpulan

Pesan-pesan kebangsaan Mbah Moen menjadi pemantik dalam menciptakan perdamaian yang tentram di negara Indonesia. Konsep kebangsaan yang diusung oleh mbah Moen berupa toleransi dan bhinneka tunggal ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).

Menurutnya, setiap orang yang hidup di dunia ini harus mengetahui titik perbedaan dan persamaan sehingga bisa mempersatukan. Karena dengan perbedaan itu akan menjadi seni yang indah di hadapan bangsa-bangsa dunia (hal. 109). 

Oleh sebab itu, hukum membela tanah air adalah fardu ain (wajib dikerjakan oleh semua orang). Maka dari dari masyarakat Indonesia jangan sekali-kali memisahkan antara amaliyah, tindakan atau perilaku keagamaan dengan kecintaan terhadp bangsa Indonesia.

Selain menyajikan beberapa pesan penting Mbah Moen, sebelum diakhir buku ini menyajikan testimoni beberapa tokoh dari lintas agama, organisasi atas keteledanan dan kecintaan mbah Moen dalam merawat kebangsaan dan perdamaian dunia. 

Seperti salah salah satu kesaksian dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf bahwa umat manusia kehilangan sosok kiai yang memiliki pengayoman rohani dan kiai yang tidak pernah henti-henti beri-riyadloh mendoakan keselamatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia.

Bahkan, diakui oleh pendeta Gomar Gultom sosok Mbah Moen merupakan sosok kiai yang patut menjadi teladan bagi tokoh agama dan ulama di Indonesia. Karena dari segala hiruk pikuk politik dan agama, Mbah Moen selalu hadir dengan wajah penuh keteduhan. Di akhir buku ini, disajikan biografi mbah Moen dengan lengkap.

Mungkin Kamu Suka

0 Komentar

Terima kasih sudah berkomentar. Bisa untuk dibagikan juga. Semoga bermanfaat.